Akhir-akhir ini aku sering dengar orang bilang, “Semesta sedang mendukung,” atau “Titipkan pada semesta, nanti semesta kasih jalan.” Di media sosial, ungkapan itu terdengar indah, terasa spiritual, bahkan meyakinkan. Tapi jujur saja, aku mulai merasa ada yang kabur dalam pemahaman itu. Tuhan dan semesta adalah dua entitas berbeda. Tuhan—dalam hampir semua tradisi agama—adalah sumber dari segala yang ada, tidak terikat ruang dan waktu. Sementara semesta? Ia adalah ciptaan, bukan pencipta. Ia tunduk pada hukum fisika, sebab-akibat, dan terbatas pada logika alam. Menyamakan semesta dengan Tuhan sama seperti menyamakan lukisan dengan pelukisnya. Beberapa orang mungkin merasa nyaman dengan konsep “semesta mengatur”, karena lebih netral dan tak mengikat seperti konsep Tuhan dalam agama. Tapi di situlah jebaknya: kita jadi lupa bahwa yang benar-benar bisa mendengar niat, menilai usaha, dan memberi balasan itu bukanlah semesta—melainkan Tuhan yang menciptakan semesta itu sendiri. Semesta tidak...