Beginilah nasib jadi orang yang sering bikin tulisan yang agak ngaco, sekalinya bener bakal di bilang; "Tumben", sedang lempeng.
Di tambah lagi ada yang mendoakan semoga anda mendapat hidayah. Dari situ saya berfikir, ternyata begini lah dilema nya untuk hijrah. Berubah menjadi baik banyak godaan nya.
Namun di sisi lain, inilah enaknya. Sebab orang yang nakal, kalau sekalinya berbuat baik akan di banggakan dan di puja puji. Sedangkan bagi yang sudah keseringan berbuat baik, baiknya biasa saja tapi kalau sekali nya berbuat buruk, bersiap siaplah kena bully dan teguran.
Jadi satu hal yang paling konsisten adalah inkonsistensi. Dalam bahasa agama di sebutkan istiqomah. Istiqomah itu sulit. Sangat sulit, sampai sekarang tidak ada formula yang pasti untuk memastikan seseorang itu selalu bisa istiqomah. Sehingga ketidak istqomahan lebih rajin hadir ketimbang istiqomah itu sendiri.
Maklum, untuk di maklumi ketika seseorang wa yazid wa yankus. Naik dan turun nya iman. Naik ketika taat dan turun ketika bermaksiat. Saya sendiri bahkan anda masih angin anginan dalam berupaya istiqomah dalam berbuat baik.
Menjadi aneh, saat ada orang yang selalu nampak bersikap baik di status facebooknya. Oke lah itu pencitraan. Tapi saya curiga, jangan jangan dia adalah malaikat yang tidak pernah salah dan berdosa atau selevel nabi yang isinya kebaikan kebaikan hampir tanpa cela.
Saya lebih asyik menyuguhkan apa adanya diri sendiri. Kadang baik dan kadang nakal. Berada dalam porsi nya masing masing. Tidak terlalu lebay dalam pencitraan namun sederhana dalam apa adanya menampilkan diri kita sendiri.
Apakah kita dapat menilai orang lain apa adanya? Dalam artian, kita dapat melihat apapun yang di suguhkan orang lain melalui perkataan, pemikiran dan tindakannya, sebagaimana apa adanya diri orang tersebut. Ya biarkan saja memang begitu kelakuannya, begitulah apa adanya dia. Maklumi saja.
Nah standar pemakluman ini yang berbeda beda. Ada yang mengukurnya dari sudut pandang dia sendiri, menilai orang lain. Seolah dirinya sudah paling baik sehingga boleh banyak menyalahkan orang lain. Ini yang kacau!
Maka jadinya tidak ada tenggang rasa dan toleransi terhadap orang lain. Kita ribut dengan orang lain hanya karena beda pendapat. Mendekati buruk sangka dan menjauhi baik sangka terhadap orang lain.
Bila hati ini baik, akan menyediakan ruang ruang kebaikan kepada siapapun yang nampaknya berbuat buruk. Karena mereka sedang menjalankan "peran" nya masing masing.
Seperti kisah firaun dan musa. Yusuf dan zulaikho. Adam dan hawa, juga iblis. Nuh, anak, istri dan kaum nya. Mereka ada untuk saling melengkapi dan menjadikan kisah mereka menjadi hikmah sepanjang jaman. Karena peran mereka lah, para nabi dan rosul hadir memberikan pencerahan kepada umat.
Kita yang sedang menjalani peran nya masing masing. Totalitas lah dalam peran apapun. Berbuat baiklah ketika di lain waktu berbuat buruk pula. Menilai orang lain apa adanya dan membaca diri sendiri yang masih banyak kurangnya.
Cilegon, 04122017
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar