Langsung ke konten utama

Postingan

Menelusuri Keinginan

Mengendalikan keinginan adalah kunci untuk menemukan kedamaian batin, dan Ki Ageng Suryamentaram, seorang filsuf Jawa terkemuka, menyodorkan cara inovatif untuk melakukannya melalui konsep nyawang karep. Inti dari ajaran ini adalah pengamatan netral terhadap keinginan, di mana seseorang memandang keinginan sebagai entitas terpisah, bukan sebagai pengendali hidupnya. Ki Ageng menjelaskan dalam Pangajaran Kawruh Jiwa bahwa dengan “nyawang,” kita berdiri di luar lingkaran keinginan kita. “Ketika kita nyawang, kita melihat keinginan sebagai sesuatu yang terpisah,” tulisnya, mendorong kita untuk menjadi pengamat yang tenang. Pandangan ini membantu kita mengerti bahwa keinginan adalah bagian dari pengalaman manusia, namun tidak seharusnya mendominasi kehidupan kita. Dalam praktiknya, nyawang karep mengajarkan kita untuk menghadapi dorongan batin dengan rasa ingin tahu dan tanpa keterikatan. Ki Ageng meyakini bahwa dengan demikian, kita bisa meraih kebijaksanaan sejati. Ia menegaskan bahwa “k...

Kritik Terhadap Tradisionalisme

Jamal al-Banna, seorang reformis Islam terkemuka yang juga adik kandung dari Hasan al-Banna pendiri Ikhwanul Muslimin, mengarahkan kritik tajam terhadap tradisionalisme dalam Islam, yang menurutnya menghambat kemajuan umat Muslim di dunia modern. Dia menilai bahwa pemahaman tekstual yang kaku terhadap Al-Qur'an dan Hadis telah mengarah pada stagnasi intelektual dan sosial. Salah satu kutipan terkenalnya menyoroti pandangan ini: “Tradisionalisme tidak lebih dari pengabdian pada warisan masa lalu yang membelenggu, tanpa keberanian untuk merefleksikan perubahan zaman.” Dalam pandangan al-Banna, umat Muslim harus berani merevisi pemahaman agama untuk tetap relevan dengan konteks zaman yang terus berubah. Al-Banna berpendapat bahwa banyak interpretasi tradisional lebih bersifat budaya daripada teologis. Dia menegaskan bahwa banyak aturan dan praktik yang dianggap islami sebenarnya merupakan produk sejarah dan budaya tertentu, bukan prinsip-prinsip agama yang universal. Menurutnya, “Kita...

Skeptis tentang Keberadaan Tuhan

Di kota Serang, Banten hiduplah seorang pria bernama Bagas. Bagas adalah seorang skeptis, selalu mempertanyakan segala sesuatu, termasuk keberadaan Tuhan. Meskipun begitu, dia selalu berbuat baik kepada orang lain. Baginya, kebaikan adalah tanggung jawab manusia, bukan perintah dari entitas yang tidak terlihat. Suatu sore yang mendung, Bagas berjalan di tepi sungai yang membelah kota. Pikiran-pikirannya seperti biasa, tenggelam dalam debat internal tentang eksistensi dan moralitas. Tiba-tiba, hujan turun dengan deras. Bagas segera berlindung di bawah jembatan yang sunyi, hanya terdengar suara air yang bergemuruh. Di sana, ia bertemu seorang lelaki tua dengan jubah panjang, duduk tenang di sudut jembatan. Wajah lelaki itu memancarkan kedamaian yang kontras dengan kekacauan hujan di sekitarnya. Bagas, terdorong oleh rasa ingin tahu, mendekat dan menyapa, “Apa yang membuatmu begitu tenang di tengah badai ini?” Lelaki tua itu tersenyum, tatapannya menembus jiwa Bagas. “Aku adalah pengembar...