Langsung ke konten utama

Postingan

Siapa yang Tidak Peka?

Kalau ingin dipahami oleh orang lain, biasanya dimulai dari siapa yang mau lebih peka dalam merasakan dan memberi perhatian kepada orang lain, pasangan, teman atau orang yang kita sayangi. Banyak yang bilang kepekaan akan perasaan ini disebut dengan empati. Empati merasakan yang orang lain rasakan dan simpati ikut merasak kasihan namun tidak merasakan yang dirasakannya. Empati dan simpati ini seperti satu koin dengan dua sisi yang berbeda. Terkadang kita sering menunggu dan menerima maunya orang lain dahulu yang lebih memahami diri kita. Pada dasarnya memang kita lebih senang menerima daripada memberi. Itulah sebabnya memberi bukan tentang kemampuan, namun tentang cinta yang selalu ingin memberikan yang terbaik. Saya masih kesulitan untuk terlalu peka terhadap orang lain. Mungkin karena dahulu pernah dikecewakan sehingga masih ada perasaan trauma yang belum tuntas Ternyata pengalaman pernah dikecewakan dan trauma itu masih membekas dan berpengaruh kepada sikap saya yang lebih berhati-...

Tidak Memberikan Label kepada Emosi

Emosi yang muncul dalam diri manusia akan diterjemahkan oleh pikiran dan dianggap sebagai kenyataan. Munculnya emosi merupakan respon dari otak area amigdala. Amigdala adalah area otak yang bertanggung jawab untuk mendefinisikan dan mengendalikan emosi.  Manusia juga merespon emosi hasil dari reaksi hormonal. Hormon dopamin muncul ketika kenyamanan, motivasi, kecanduan. Hormon serotonin untuk mengatur suasana hati, tidur dan nafsu makan.  Dengan tahu bahwa emosi ini akan selalu ada dalam diri manusia, berarti tidak dapat menghilangkannya selama pikiran kita aktif, nah kalau pikiran non aktif sejenak dengan latihan tertentu apakah mungkin emosi juga berhenti sejenak. Menurut saya mungkin saja, selama latihan tersebut bukan latihan yang menguatkan pikiran, melainkan pikiran diletakkan sejenak dan di sana akan terjadi lompatan kesadaran yang membuat emosi menjadi netral di titik nol. Latihan yang menguatkan pikiran seperti hipnosis yang berpusat pada kekuatan kata-kata yang dimas...

Melihat dan Mendengar Kata-Kata di Pikiran

Saya senang sekali membaca dan mendengarkan kata-kata bijak yang ada di media sosial. Kadang saya merasa tercerahkan, kadang merasa biasa aja dan kadang juga muak sendiri. Masalahnya bukan pada kata-kata bijaknya, ini karena pikiran saya yang sudah penuh yang sampai membuat pikiran tidak bisa lagi memaknai dan tercerahkan. Gelas saat terisi penuh oleh air, semakin diisi membuat air luber penuh keluar. Ini yang terjadi pada pikiran yang sudah penuh oleh kata-kata bijak, motivasi, nasihat, hingga ceramah agama. Semuanya terasa omong kosong dan muak membacanya. Penuhnya pikiran ini membuat kita mengetahui bahwa kata-kata bijak, motivasi, dan sejenisnya bisa menjadi sampah bagi pikiran ketika terlalu banyak ditumpuk tanpa pernah dikosongkan kembali. Cara untuk mengosongkan pikiran dari penuhnya sampah dengan berhenti sejenak dan membuang semua sampah tersebut. Setelah itu pikiran akan tenang dan lebih mudah dalam menyerap kepahaman (knowing). Bagi saya yang senang membaca quotes motivasi b...