Langsung ke konten utama

Postingan

Sejuta Tawa dan Tangisan di Ujung Senja

A dalah sejumlah keegoisan yang selalu ingin menang sendiri. Tidak terbantahkan dan suka menutut. Kesalahan merupakan keburukan sekaligus pembelajaran kebaikan bagi yang mau memperbaikinya. Tidak akan pernah nampak kebenaran jika dalam anggapan nya sudah menyimpan dan mengawetkan keburukan yang sudah menempel lama di diri orang tersebut. Seperti dalam penggalan bait lagi Ebiet G Ade; apakah bila terlanjur salah? Akan tetap di anggap salah. Tiada waktu lagi benahi diri, tiada tempat lagi untuk kembali. Dari situ muncul lah sejuta tawa. Menertawakan segala hal yang seharusnya tidak di perdebatkan, menertawakan kebodohan dan kesalahan diri, menertawakan semua nya yang terlintas dalam pikiran dan perasaan. Luapan tawa itu mengalir menjadi sukacita dalam melihat kehidupan. Memang tidak ada yang harus di bela mati matian, tidak ada yang pemaksaan kehendak untuk sama semua, tidak ada perbaikan kepada orang lain dengan hinaan dan perkataan buruk karena itu akan semakin merusaknya...

Tuhan.. Maaf kami sibuk, Tunggu sebentar lagi

Sori bro, gue sedang sibuk, sholat nya nanti dulu. Sebentar lagi ya.. *kata temen satu kantor Oke bro, di lanjut sibuknya. Gue duluan yess. Bukan hanya sholat. Ada banyak amal ibadah lainnya yang di tunda dan pada akhir masanya malah tidak dilakukan sama sekali. Proses tawar menawar ini menarik. Kita memiliki serangkaian aktivitas wajib dan sunnah, dan kita pula yang menawarnya agar menundanya dan ada pula yang tidak melakukan nya. Motivasi bersedekah untuk dapat balasan berkali kali lipat. Nah kalau tidak sesuai dengan harapan bagaimana? Mau menuntut Tuhan? Ada kisah pembunuh dan pelacur yang masuk surga karena sedikit kebaikan sebelum kematiannya padahal punya banyak dosa tapi lolos dari neraka. Mereka punya keutamaan, tidak menunda kebaikan di saat hidayah turun padanya. Kata imam hasan al bana, al wajibatu aksaru minal auqot. Kewajiban lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Banyaknya kewajiban yang di berikan kepada kita tidak sebanding dengan waktu yang tersedia. ...

Rina Nose dan Lepas Kerudung

Banyak yang menyayangkan keputusan rina nose yang melepas kerudung nya. Keputusan ini tentu sudah di pilih dan di pikirkan reaksinya sebelum dia berani tampil di publik untuk lepas kerudung. Sama seperti halnya ketika rina nose memutuskan berhijab. Keputusan hasil pergolakan batin (emosional) sehingga melahirkan keputusan yang harus membuat ia berani berhijab dan pada akhirnya secara emosional juga melepaskannya. Di kalangan netizen sudah biasa nyinyir kepada artis. Haters namanya. Baiknya salah, apalagi buruk nya. Pasti kena nyinyir yang afgan (sadis). Mulai nyinyir karena pake hijab, enggak pake kaos kaki, kerudung leher keliatan dan akhirnya buka kerudung. Netizen makin kalap untuk bully secara brutal hingga komentar di akun IG rina nose sampe ribuan. Inilah kehidupan. Akan selalu ada yang suka dan tidak suka dengan keputusan kita. Kita harus bisa bersabar dan cuek dengan komentar orang lain. Baiknya kita aminkan dan ucapkan terimakasih, buruknya di terima dengan santai ag...