Sebenarnya kekisruhan dalam politik ini terjadi karena semuanya menjadi komentator politik, bukan karena sebagai politikus itu sendiri. Mereka ribut, marah, kesal sebagai komentator politik. Seperti halnya komentator bola, mereka gaduh dan seru sendiri padahal tidak sedang bermain sepak bola. Just comment! Mending kalau berkomentar sopan, ini malah ribut dengan menggunakan kata kata kasar, bermusuhan, berkelahi, ngotot. Jelas jelas tidak akan pernah menyelesaikan masalah perpolitikan di Indonesia. Lha wong bukan praktisi politik, ngomongin politik. Gak nyambung! Yang di cari bukan solusi, namun debat kusir yang sarat dengan ego dan emosi.
Tuma'ninah atau jeda sejenak ketika menjadi komentator politik adalah cara untuk memberi jarak kepada masalah politik yang ada. Jarak ini berguna untuk melihat dari luar dan mengamati sang aku dan perpolitikan yang ada. Proses ini akan menghentikan sejenak pikiran yang liar dan nakal untuk emosional menjadi komentator politik. Sehingga tersadar, porsi berkomentar tentang politik yang sewajarnya dan tetap kalem.
Serang, 16022017
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar