Setelah menikah, makanan yang wajib di makan adalah makanan bikinan istri. Entah bagaimana pun rasanya, keahlian untuk bermuka manis dan agak di ganteng gantengin saat di tanya, gimana rasanya? Adalah keahlian harus di latih. Katanya sih, sunnah rosul jikalau kita mampu membahagiakan hati istri. Maka kemampuan untuk hal ini, saya latih tiap hari agar makin ahli.
Soal rasa makanan istri selalu saya nilai dengan jawaban, lumayan. Jadi saat istri nanya gimana rasanya? Lumayan. Tentu jawaban ini mengambang, tidak signifikan, tidak memuaskan hati istri. Saya jelaskan maksud dan tujuan jawaban lumayan itu adalah sebagai seruan motivasi dan dorongan semangat untuk memasak lebih baik lagi. Sehingga kalau masakannya enak harus di tingkatkan lebih enak lagi. Kalau lah saya menjawab jujur bahwa masakan ini rasanya enak banget. Di khawatirkan di kemudian hari akan terus terusan masak dengan jenis makanan yang serupa.
Apapun masakan nya saya selalu untuk meng imani rasa enaknya masakan bikinan istri meskipun dengan ungkapan lumayan. Bukan hanya karena pahala membahagiakan istri. Tapi juga agar bila saya memasak apapun untuk istri akan di bilang rasanya lumayan, bukan di bilang masakan yang ga enak. Karena saya pun merasakan bagaimana sakitnya hati, yang sudah cape cape masak eh tanpa berdosa malah bilang rasa makanannya kurang enak.
7 Februari 2016
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar