Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2024

Homo Sacer dan Politik Indonesia

Dalam konteks politik Indonesia saat ini, konsep homo sacer, yang diperkenalkan oleh filsuf Giorgio Agamben, dapat menjadi refleksi yang tajam terhadap kondisi para individu yang terpinggirkan oleh kekuasaan. Homo sacer adalah sosok yang, meskipun dianggap sebagai manusia, tidak memiliki hak-hak yang dijamin oleh hukum; ia bisa dikesampingkan, dilupakan, dan diperlakukan sewenang-wenang tanpa adanya konsekuensi. Politik dinasti di Indonesia adalah contoh nyata bagaimana kekuasaan sering kali diwariskan dalam lingkaran elite, meninggalkan mereka yang tidak berada dalam lingkaran tersebut sebagai homo sacer—terpinggirkan, tak diperhitungkan, dan tidak memiliki akses ke kekuasaan yang seharusnya menjadi milik semua warga negara. Pilkada yang seharusnya menjadi ajang demokrasi, sering kali hanya menjadi panggung bagi keluarga atau kelompok tertentu untuk memperkuat dominasi mereka.  Lihat saja bagaimana para kandidat kepala daerah yang hampir selalu berasal dari keluarga elite politik ...

Plot Twist Anies Baswedan dan Aksi 212 Bela Islam

Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta yang pernah melambung berkat dukungan besar dalam Pilkada 2017, kini berada di persimpangan jalan. Setelah ditinggalkan oleh partai-partai yang dulu setia mendukungnya, Anies kini berada dalam situasi yang penuh ironi. Di satu sisi, ia menanti dukungan dari PDI Perjuangan, partai yang dulu berada di seberang arena. Lebih menarik lagi, kabar yang beredar mengatakan bahwa Anies bisa saja dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok—sosok yang menjadi pusat penolakan dalam aksi bela Islam 212. Cerita ini terdengar seperti lelucon politik yang tidak lucu. Anies yang dulu berdiri di atas panggung kemenangan, didukung oleh massa besar 212 yang menolak Ahok karena dianggap menista agama, kini berada dalam posisi di mana ia harus mempertimbangkan kemungkinan bekerja sama dengan orang yang pernah ia kalahkan. Ironis? Tentu saja. Tapi begitulah politik, selalu penuh kejutan. Pakar politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, "Politi...

Akrobatik Politik di Pilkada DKI 2024

Pilkada DKI 2024 semakin dekat, dan panggung politik Jakarta kembali diramaikan dengan aksi akrobatik yang bikin kita geleng-geleng kepala. Di dunia politik, segala hal bisa terjadi—bahkan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Realitas politik di Indonesia sering kali seperti pertunjukan sirkus, di mana para politisi dengan cekatan menjungkirbalikkan keadaan demi memenangkan calon mereka. Di sini, tak ada musuh abadi, hanya kepentingan yang abadi. Siapa yang dulu jadi musuh besar, sekarang bisa jadi teman seperjuangan, duduk manis bersama sambil mengatur strategi. Lihat saja bagaimana aksi bela Islam 212 beberapa tahun lalu mengguncang Jakarta. Dulu, kita menyaksikan tokoh-tokoh yang berdiri di garis depan aksi tersebut, berteriak lantang melawan musuh politik mereka, seakan tak ada celah untuk kompromi. Tapi sekarang? Ajaib! Mereka yang dulu berhadapan langsung di medan perang politik kini bisa berpelukan, saling mendukung, dan berbagi panggung untuk memenangkan Pilkada. Siapa yang ...