Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Menikah Bukan Untuk Bahagia

Dulu saya pernah beli sewaktu masih jomblo, buku yang berjudul, menikah untuk bahagia. Baru baca sebentar di pengantar dan judul, saya berhenti dan berfikir. Hmm apa iya nikah itu isinya kebahagiaan terus? Padahal di luaran sana banyak yang cerai dan bertengkar. Tapi yo wis, namanya juga buku yang tujuan nya adalah memotivasi agar segera menikah, saya selesaikan membacanya hingga halaman terakhir. Saya bawa teori yang ada di buku pernikahan, dan hasilnya luar biasa. Saya tidak bisa mengaplikasikannya. Haha.. Teori dan motivasi serta kisah penuh hikmah itu hanya menggugah tapi tidak merubah. Beda yang dibaca dan beda lagi yang di praktekan. Layaknya kehidupan, kadang ada susah dan ada juga senang. Ada bahagia dan ada juga kesulitan. Semuanya bergulir dan mengalir bergantian sepanjang   waktu. Teringat ceramahnya KAS tentang senang susah, mulur, mungkret yang mengajarkan silih bergantinya rasa senang dan susah. Tidak ada yang abadi. Tidak ada seseorang yang terus terusan bahagi...

Memelihara KeGilaan di Zaman Waras

Untuk bisa menjadi gila dalam kondisi waras itu sulit. Gila yang di maksud adalah mampu bersikap jenaka, lucu, humoris, santai pada kondisi yang serius, kaku sehinga dapat lentur dalam menyikapi apapun. Jika kewarasan tidak mampu membendung kekisruhan amarah dan kebekuan ego, tertawa dan menjadi gila adalah alternatif agar kita dapat selalu happy dan terhindar dari terburu buru untuk marah; ngamukan. Lihat saja keramaian sosial media kemarin, kebanyakan di penuhi komentar mengenai abu janda al boliwudi dan felix siauw. Seolah seperti perang keyakinan. Antara haq dan yang batil. Mungkin karena kebanyakan yang terlalu serius meladeni kelakuan permadi atau ustad abu janda sebagai perlawanan anti islam dan anti khilafah. Padahal ia hanya penggiat sosial media yang lucu ala ala komedian setiap membuat meme, video dan statusnya. Tapi begitulah sosial media ada beragam respon ketika melihat informasi, kemudian terburu buru menilai tanpa analisa perbandingan objektif. Ya tapi its ok,...

Berdua Kita Menua, Berbeda Kita Mengerti, Bersama Kita Bahagia

Kita; Aku dan Kamu, berawal dari saling jatuh cinta dan mengulangnya berkali kali untuk selalu jatuh cinta kembali dalam hitungan akhir hayat. Belajar untuk saling memaafkan kesalahan dan kekurangan masing masing. Menerima salahnya dan membangun bersama benarnya atas kesepakatan kita berdua. Saling menjaga aib masing masing dan memahami perbedaan merupakan cara untuk menjaga jarak kepada kemarahan dan kekesalan, sehingga tidak ikut campur dalam kesalah pahaman. Kita adalah dua pribadi yang mencoba bersatu untuk saling mengerti, yang kadang terlalu memaksakan kehendak sehingga lelah dan marah pada akhirnya. Kita berjanji agar tidak mengulangi kesalahan dan bertengkar; khilaf mengulanginya kembali. Untuk itulah pentingnya evaluasi diri, mengalahkan ego masing masing, demi kebaikan kita bersama. Kita butuh ruang berbagi dan ruang mendengar satu sama lain, menyediakan punggung untuk bersandar dan berpelukan sembari menumpahkan segala tangis. Atau sementara memberikan jeda dalam r...

Tumben, sedang lempeng (kebanyakan micin ya)

Beginilah nasib jadi orang yang sering bikin tulisan yang agak ngaco, sekalinya bener bakal di bilang; "Tumben", sedang lempeng. Di tambah lagi ada yang mendoakan semoga anda mendapat hidayah. Dari situ saya berfikir, ternyata begini lah dilema nya untuk hijrah. Berubah menjadi baik banyak godaan nya. Namun di sisi lain, inilah enaknya. Sebab orang yang nakal, kalau sekalinya berbuat baik akan di banggakan dan di puja puji. Sedangkan bagi yang sudah keseringan berbuat baik, baiknya biasa saja tapi kalau sekali nya berbuat buruk, bersiap siaplah kena bully dan teguran. Jadi satu hal yang paling konsisten adalah inkonsistensi. Dalam bahasa agama di sebutkan istiqomah. Istiqomah itu sulit. Sangat sulit, sampai sekarang tidak ada formula yang pasti untuk memastikan seseorang itu selalu bisa istiqomah. Sehingga ketidak istqomahan lebih rajin hadir ketimbang istiqomah itu sendiri. Maklum, untuk di maklumi ketika seseorang wa yazid wa yankus. Naik dan turun nya iman. Naik ke...