Bukan bulan ramadhan yang telah pergi, namun kamu yang pergi meninggalkan amalan ibadah yang giat dan tekun itu, meninggalkan semua puluhan sujud, ratusan ayat yang di baca, ribuan rupiah yang di sedekahkan, dzikir pagi petang yang komat kamit lancar kamu lantunkan, duduk duduknya itikaf untuk memburu lailatul qadr. Semuanya telah pergi karena kamu pun pergi meninggalkan semuanya.
Kamu tidak perlu sedih, tatkala bulan ramadhan pergi karena seharusnya bulan ramadhan yang sangat sedih karena semangat amal ibadah mu hanya sebatas di bulan ini saja. Katanya ini bulan latihan, namun prakteknya di bulan berikutnya menjadi malas dan kehilangan motivasinya. Lantas apakah ini yang namanya gelar takwa? Cobalah berhenti mempermainkan kasih sayang Allah dengan sebentar beriman namun bulan depan kembali kumat seperti dulu lagi.
Simpan lagi al quran di rak nya hingga berdebu, simpan lagi mukena dan sarung di lemari, simpan kembali peci dan kerudung, sepi kan lagi mesjid dan mushola. Kita kembali seperti semula, sibuk mengurusi dunia dan melupakan akhirat.
Oiya, nanti apabila masih di kasih umur panjang dan bertemu bulan ramadhan kembali, jangan lupa berlakulah seperti biasa, seperti ini lagi. Dan begitu seterusnya, berulang ulang sampai bosen sendiri.
Marilah kita semua tertawa, menertawakan semua kepalsuan ini. Tidak usah sedih dan tidak usah lagi berlagak sok alim dengan amal ibadah mu. Cukup tertawa.. Tertawa.. Tertawa.. Karena kita semua ahli bersandiwara di bulan ramadhan.
Cilegon, 20062017
Roby Martin
Komentar
Posting Komentar