Langsung ke konten utama

Postingan

Berhenti Membandingkan Nasib

Di tongkrongan, sering banget kita dengar obrolan soal pencapaian hidup. "Eh, bro, lo udah punya rumah belum?" atau "Gue baru aja naik jabatan, lo kapan?" Itu sih udah jadi makanan sehari-hari. Meski kesannya sepele, percakapan kayak gini bisa bikin orang lain ngerasa minder atau nggak nyaman. Setiap orang punya perjalanan hidupnya masing-masing. Ada yang udah sukses di usia muda, ada yang masih berjuang keras. Membandingkan pencapaian kita sama orang lain cuma bakal nambah tekanan, baik buat diri sendiri maupun orang lain. Lebih baik saling menghargai dan mendukung, bukan saling merendahkan. Masalahnya, kita sering lupa kalo hidup ini adalah proses naik turun. Nggak ada yang selalu di atas atau di bawah. Pas kita lagi di atas, ingetlah bahwa suatu saat kita bisa turun. Begitu juga sebaliknya, pas kita lagi di bawah, jangan putus asa, karena ada kemungkinan kita bisa naik lagi. Solusinya, coba deh lebih bijak dalam berbicara dan bersikap. Daripada pamer pencapaian, ...

Fenomena Hijrah, Lebih Dekat dengan Agama atau Menjadi Sosok yang Menyebalkan?

Titik hijrah seseorang bisa menjadi momen penting dalam hidup. Banyak yang mengalami perubahan besar, baik dari segi pemikiran maupun penampilan, ketika mereka merasa lebih dekat dengan agama. Mereka mulai mengenakan pakaian yang lebih sesuai dengan ajaran agama, menghindari hal-hal yang dianggap tidak islami, dan lebih sering mengajak orang lain untuk mengikuti jalan yang mereka yakini paling benar. Perubahan ini sering kali didorong oleh keinginan tulus untuk menjadi lebih baik dan mendapatkan hidayah. Namun, hijrah tidak selalu menjadi patokan bahwa seseorang otomatis menjadi lebih baik. Kadang, orang yang baru berhijrah bisa menjadi sosok yang menyebalkan karena merasa paling benar sendiri. Mereka mungkin cenderung menyalahkan dan menghakimi orang lain yang belum berhijrah, tanpa mempertimbangkan perjalanan spiritual setiap individu berbeda-beda. Sebagai contoh, seorang teman yang dulu dikenal santai dan fleksibel tiba-tiba berubah drastis setelah berhijrah. Dia kini sering memberi...

Kenapa Enggak Nikah-Nikah?

“Kenapa nggak nikah-nikah, Sahal?” tanya Wawan sambil melipat sajadah di beranda masjid. Kami baru saja selesai salat Ashar di Masjid Al-Falah, Jakarta, tahun 2007. Sahal, sahabat kami yang punya usaha rental motor paling laris di kota ini, hanya tersenyum tipis.  Beberapa menit sebelumnya, kami sedang bersantai di masjid setelah lelah mengelilingi kota. Sahal datang dengan motor bebeknya yang selalu mengkilap, ciri khas pengusaha sukses di bidang rental motor. “Aku tuh sibuk, Wan. Rental motor butuh perhatian lebih,” jawab Sahal sambil mengunyah kurma. “Lagipula, nikah itu nggak wajib, kan?” Wawan tertawa kecil. “Ya memang nggak wajib, tapi kan enak kalau ada yang ngurusin. Masa hidup sendiri terus?” Sahal hanya mengangkat bahu. “Aku nggak sendiri kok, ada motor-motor kesayanganku,” jawabnya sambil tertawa. “Lagipula, hidup sendiri itu lebih bebas. Mau ke mana saja, nggak perlu izin.” Kami semua tertawa mendengar jawaban Sahal. Sebenarnya, banyak yang penasaran kenapa dia tidak pe...