Beberapa tahun belakangan ini, ajakan untuk masuk ke partai politik datang silih berganti, seolah saya ini punya bakat terpendam jadi politisi. Mulai dari PKS, Partai Demokrat, Partai Gelora, sampai Partai Buruh, semua pernah mencoba “merayu” saya untuk gabung. Awalnya saya pikir, kenapa enggak? Politik kan urusan serius, bisa jadi kontribusi saya dibutuhkan. Tapi semakin saya diajak ngobrol sama anggota-anggota partai ini, saya semakin yakin: politik praktis ternyata bukan untuk saya. Contohnya waktu saya diajak ngobrol dengan orang dari PKS. Pembicaraan awalnya memang santai—tentang pentingnya anak muda terlibat dalam politik. Tapi lama-lama saya merasa seperti diajak ikut semacam jenjang pengkaderan yang ketat. Ada semacam tekanan halus, seperti kalau saya gak ikut, saya gak cinta negeri. Hmm... rasanya kok jadi terlalu serius? Kemudian datang ajakan dari Partai Demokrat. Kali ini, yang disodorkan lebih ke arah “politisi muda berprestasi.” Mereka bilang, partai ini punya banyak pelu...