Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Meniup Api Cinta, Membakar Kangen Sendiri

Tidak tahu cinta itu apa, namun sebatas merabanya dengan kaki dan dalam kondisi mata terpejam. Terus berjalan dalam kegelapan, meraba-raba arah dan jalan yang tak menentu. Semoga saja ini jalan yang benar, kalaupun salah sudah ada upaya segala cara yang dipunya. Meniup api cinta perlahan menggunakan sebilah bambu lingkar kecil (suluh) agar membesar di perapian. Panasnya api, ada gunanya juga untuk memasak yang mentah menjadi matang. Ego yang dibakar, pasti tidak nyaman, tidak mudah untuk menerima dan maunya pergi mencari tempat pelarian ternyaman. Berlari sejauh mungkin, menjauhlah sebisa mungkin, berjaraklah berkilo-kilo meter, ada jarak aman untuk tidak terlalu dekat dan terbakar. Memang kenyamanan yang dibutuhkan, pujian yang melangitkan hati. Perjalanan terlalu menyenangkan dan melenakan diri sendiri, seharusnya berhati-hati, jangan-jangan ini jebakan atau mungkin saja ini kesadaran here and now yang sesungguhnya. Biarkan nanti akan tiba waktunya sampai kangen sendiri, ingin mende...

Biarkan Orang Berkata Apa Saja

Tidak perlu klarifikasi apapun untuk para pembenci, karena yang mereka tahu adalah bagaimana caranya menemukan sebanyak-banyaknya kesalaham, tanpa mau menerima dan mengakui kebaikan yang telah kamu lakukan. Diamnya kamu salah di matanya, apalagi melakukan bicara dan bertindak agar mereka suka. Jelas itu sia-sia. Jadinya serba salah dan mau bagaimanapun tetap salah. Berarti bukan melakukan perbaikan untuk mereka yang membencimu, biarkan orang berkata apa, jangan diladeni, jadilah diri sendiri yang bebas dan merdeka. Bebas dari mengurusi pikiran buruk orang lain yang tidak suka dan merdeka melakukan apapun yang disuka dengan penuh tanggung jawab. Kita tidak bisa mengubah orang lain, sebelum kitapun berubah, baik secara sudut pandang maupun sikap. Orang lain berubah sesuai dengan evolusinya masing-masing. Tidak bisa dipercepat dan tidak bisa diperlambat. Kebaikan yang ada, mengalir bersama rasa tanggung jawab dan kesadaran. Bukan lagi karena ingin dianggap, dipuja dan dipuji oleh oran...

Mencari Makna Hidup

Di batas pertemuan antara kejenuhan dan kebosanan adalah upaya untuk mencari makna hidup. Mau kemanakah akhir dari kehidupan kita? Apa tujuan hidup ini? Kedua pertanyaan ini dapat merefleksikan diri kita agar dapat berhenti sejenak dan membaca diri, bahwa jangan sampai hidup sia-sia dan mati dalam keadaan su'ul khotimah. Kemudian, ketika mencari makna, akankah menemukan makna sejati? Sumbernya dari mana? Kebanyakan orang menemukannya di agama dan mereka yang mendapatkan pencerahan dari agama disebut telah mendapatkan hidayah, prosesnya bernama hijrah. Pindah dari kehidupan yang sia-sia hilang arah, menuju makna yang sejalan dengan nilai-nilai kebaikan yang ada di dalam agama. Sekarang kita balik, begini: dapatkah hidup tanpa tujuan dan tanpa makna? Artinya kita hidup mengikuti 'flow state', merayakan apapun yang hadir dalam kehidupan, menghancurleburkan tujuan dan tujuan-makna hidup dalam totalitas ikhtiar. Dengan demikian, tujuan dan makna hidup tidak usah dicari sebab ...